Kesabaran Dalam Menegakkan Kebenaran
Assalamualaeykum warahmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah. Saya menyanjung-Nya, meminta keampunan kepada-Nya dan memuji-muji-Nya.
Maha Suci Allah, dalam hadis kali ini, ingin dikisahkan tentang kisah seorang anak dalam menegakkan kesabaran. Turut juga perintah untuk kita bersabar dalam menegakkan yang Haq.
Dalil Manusia Boleh Korbankan Diri Untuk Kebaikan :
Dari Utsaimin rahimahullah berkata : Dalam hadis ini terdapat dalil bahawa manusia boleh mengorbankan dirinya untuk kebaikan umum kaum muslimin. Karena anak kecil ini menunjukkan pada raja perkara yang dapat mengantarkan dirinya kepada kematian dan kebinasaan, iaitu mengambil anak panah dari kantungnya.
Dari Shuhaib r.a. bahawasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Dahulu ada seorang raja dari golongan
ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir.
Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: “Sesungguhnya saya ini
telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri
pelajaran ilmu sihir.”
Kemudian raja itu
mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah
perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani – berjalan di
situ, ia pun duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila
ia telah datang di tempat penyihir – yakni dari pelajarannya, ia pun
melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ – untuk mendengarkan
ajaran- ajaran Tuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya apabila
datang di tempat penyihir, ia pun dipukul olehnya – kerana kelambatan
datangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib,
lalu rahib berkata: “Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah
bahawa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada
keluargamu, maka katakanlah bahawa engkau ditahan oleh penyihir.”
Pada suatu ketika di
waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu
tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-
halangi orang banyak – untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu
berkata: “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang
lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?” Iapun lalu mengambil
sebuah batu kemudian berkata: “Ya Allah, apabila perkara pendeta itu
lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah
binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu.” Selanjutnya
binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan
orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan
hal tersebut. Rahib itu pun berkata: “Hai anakku, engkau sekarang adalah
lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat
yang saya sendiri dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena
cubaan, maka jikalau engkau terkena cubaan itu, janganlah menunjuk
kepadaku.”
Anak itu lalu dapat
menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengubati
orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan
seduduk – yakni sahabat karib – raja yang telah menjadi buta. Ia datang
pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya,
kemudian berkata: “Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi
milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku.” Anak itu berkata:
“Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah
Ta’ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau tuan suka beriman kepada
Allah Ta’ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka
menyembuhkan tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta’ala,
kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di
dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya:
“Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?” Maksudnya: Siapakah
yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: “Tuhanku.” Raja
bertanya: “Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?”
Ia menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Kawannya itu lalu
ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan seksaan padanya,
sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan
kesembuhannya. Anak itu pun didatangkan. Raja berkata padanya: “Hai
anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang
buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan
dapat pula melakukan itu.” Anak itu berkata: “Sesungguhnya saya tidak
dapat menyembuhkan seseorang pun, hanyasanya Allah Ta’ala jualah yang
menyembuhkannya.” Anak itu pun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan
seksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendeta pun
didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: “Kembalilah dari agamamu!”
Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja
dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja
meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di
tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan
kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu
itu, lalu kepadanya dikatakan: “Kembalilah dari agamamu itu!” Ia pun
enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pula lah gergaji itu di
tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya
itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan:
“Kembalilah dari agamamu.” la pun menolak ajakannya. Kemudian anak itu
diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: “Pergilah membawa
anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu.
Jikalau engkau semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini
kembali dari agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka
lemparkanlah ia dari atas gunung itu.” Sahabat-sahabatnya itu pergi
membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: “Ya Allah,
lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu.” Kemudian
gunung itu pun bergerak keras dan orang- orang itu jatuhlah semuanya.
Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: “Apa yang
dilakukan oleh kawan-kawanmu?” Ia menjawab: “Allah Ta’ala telah
melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan
kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata:
“Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah
sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya – maka
lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu.”
Orang-orang bersama- sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: “Ya
Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu.”
Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu
sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: “Apakah yang
dikerjakan oleh kawan-kawanmu?” Ia menjawab: “Allah Ta’ala telah
melepaskan aku dari tindakan mereka.” Selanjutnya ia berkata pula pada
raja: “Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa
yang ku perintahkan.” Raja bertanya: “Apakah itu?” Ia menjawab: “Tuan
kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di
batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku
ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:
“Dengan nama Allah, Tuhan anak ini,” terus lemparkanlah anak panah itu.
Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat
membunuhku.”
Raja mengumpulkan semua
orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon,
kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu
meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: “Dengan nama Allah,
Tuhan anak ini.” Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada
pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya,
kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang
berkumpul itu sama berkata: “Kita semua beriman kepada Tuhannya anak
ini.” Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: “Adakah Tuan mengetahui
apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang
Tuan takutkan itu telah tiba – yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya.
Orang-orang semuanya telah beriman.”
Raja memerintahkan
supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi – yang bertebing dua
kanan-kiri – iaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan
dan dinyalakan api di situ, Ia berkata: “Barangsiapa yang tidak kembali
dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu,” atau
dikatakan: “Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya.” Orang
banyak melakukan yang sedemikian itu – sebab tidak ingin kembali menjadi
kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan
membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke
dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: “Hai ibunda, bersabarlah, kerana
sesungguhnya ibu adalah menetapi atas kebenaran.” (Riwayat Muslim)
Rujuk Kitab Riyadhus Salihin untuk rujukan. Riyadhus Shalihin
Kitab Niat Dan Apa-Apa yang Berkaitan dengannya : Bab Sabar
Rujuk Kitab Riyadhus Salihin untuk rujukan. Riyadhus Shalihin
Kitab Niat Dan Apa-Apa yang Berkaitan dengannya : Bab Sabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar